IRISAN KERUCUT SEBAGAI KURVA
BERDERAJAT DUA
Rumus jarak, jarak titik dengan
titik dan jarak titik dengan garis, dapat digunakan untuk menentukan persamaan
dari kurva-kurva irisan kerucut. Tetapi sebelum menentukan persamaan-persamaan
tersebut, kita akan membahas beberapa keluarga kurva yang dihasikan oleh irisan
kerucut. Topi ulang tahun merupakan salah satu contoh kerucut yang dapat
dijumpai di sekitar kita. Titik pada kerucut disebut titik puncak dan lembaran kertas yang membentuk sisi kerucut
disebut selimut kerucut. Sesuai
dengan namanya kurva-kurva dalam keluarga irisan kerucut, dapat dihasilkan
dengan mengiris suatu kerucut, atau lebih tepatnya, kurva-kurva tersebut
merupakan hasil perpotongan suatu bidang dengan kerucut. Apabila bidang
tersebut tidak melalui titik puncak, irisannya akan menghasilkan lingkaran,
elips, parabola, dan hiperbola. Perhatikan gambar berikut ini :
Namun para ahli matematika telah
menyepakati bahwa secara umum bentuk irisan kerucut adalah parabola, elips, dan
hiperbola. Sedangkan lingkaran merupakan kasus khusus dari elips. Masing-masing
kurva tersebut memiliki persamaan kurva berderajat dua yang unik.
Hasil irisan kerucut
tersebut memperlihatkan bahwa kedudukan titik-titik akan bergerak dengan rasio
jarak tertentu dari sebuah titik tetap dan garis tetap sehingga terbentuk
irisan kerucut. Tiap
irisan kerucut memiliki komponen-komponen yang menjadi karakteristik dari tiap
bentuk kurva yaitu esentrisitas (eccentricity),
garis direktriks (directrix), dan
titik fokus. Misalkan sebuah
titik P bergerak terhadap sebuah garis tetap l, dan sebuah titik tetap
F. Jarak P ke F dinyatakan oleh d dan jarak P ke l dinyatakan oleh d¢. Perbandingan jarak d dan d¢ disebut esentristitas yaitu e = d : d¢. Garis l
disebut garis direktriks dan titik F disebut titik fokus. Nilai esentrisitas
akan menentukan jenis irisan kerucut dengan nilai e meliputi e < 1, e = 1,
dan e > 1.
Karakteristik tiap kurva :
1. Esentrisitas (accentricity)
Esentrisitas ⇒e = d : d'
e = 1 jika d = d'
e < 1 jika d /d' < 1 atau d < d'
e > 1 jika d > d'
2. Garis direktriks (directrix) = garis
tetap
3. Titik fokus (F)
Sebuah kurva bidang (plane curve) merupakan himpunan
titik-titik yang akan dapat dinyatakan dalam persamaan kurva. Sebuah persamaan
kurva berderajat dua dinyatakan oleh persamaan berikut :
Ax2 + By2 + Cxy + Dx + Ey + F = 0
Nilai koefisiean A dab B keduanya
tidak nol. Bentuk persamaan kurva berderajat dua juga
dapat dinyatakan sebagai berikut :
ax2 + by2 + 2hxy + 2gx + 2fy + c = 0
Dengan nilai koefisien a, b,
dan h ketiganya tidak bersamaan
bernilai nol. Jika kurva berderajat dua melalui titik (0,0) maka
diperoleh persamaan kurva yaitu :
Ax2 + By2 + Dx + Ey + F = 0
Dengan nilai koefisien A
dan B keduanya tidak bersamaan bernilai nol, atau
ax2 + by2 + 2gx + 2fy + c = 0
Dengan nilai koefisien a dan b keduanya tidak bersamaan bernilai nol.
B. Lingkaran
Lingkaran
adalah himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang jaraknya dari suatu titik
tertentu sama panjang. Perhatikan gambar berikut :
Tampak pada gambar diatas bahwa lingkaran dengan titik pusat O(0,0) dan jari-jari 2 satuan panjang. Untuk menentukan persamaan lingkaran, kita ambil sebarang titik pada lingkarang misalnya T(x,y). Jarak titik T dan titik O adalah :
Padahal jarak titik-titik O dan T
adalah jari-jarinya yaitu 2, maka didapatlah hubungan bahwa :
Karena T(x,y) adalah sebarang titik
pada lingkaran maka setiap titik pada lingkaran berlaku x2 + y2
= 4. Jadi persamaan lingkaran dengan pusat O dan jari-jari 2 satuan adalah x2
+ y2 = 4.
Dari contoh tersebut maka memudahkan
kita mennetukan persamaan lingkaran dengan pusat titik asal O(0,0) dan
jari-jari r satuan adalah :
x2 + y2 = r2
Dengan cara yang mirip pula kita
juga dapat menentukan persamaan lingkaran dengan pusat P(a,b) dan jari-jari r
satuan. Perhatikan gambar berikut :
Padahal jarak titi-titik T dan P
adalah jari-jari lingkarannya yaitu r. maka kita perolehlah hubungan bahwa:
Karena T(x,y) adalah sebarang titik
pada lingkaran tersebut maka setiap titik pada lingkarang itu memenuhi hubungan
tersebut.ini berarti bahwa persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(a,b)
dengan jari-jari r satuan adalah :
(x – a)2
+ (y – b)2 = r2
Apabila diketahui persamaan bentuk
umum suatu lingkaran yaitu x2 + y2 +Ax + By + C = 0, maka
kita dapat pula mencari koordinat-koordinat titik pusat dan jari-jarinya.
Persamaan bentuk umum tersebut diubah menjadi :
Pada kali ini kita juga akan mencari
persamaan garis singgung lingkaran. Perhatikan gambar berikut :
Pada gambar diatas diketahui garis y
= mx + n dan ingkaran x2 + y2 = r2 . karena
garis singgung yang dicari harus sejajar dengan garis y = mx + n, maka kita
dapat memisalkan garis singgung itu adalah y = mx + k. karena garis ini
menyinggung lingkaran, maka ada sebuah titik yang koordinat-koordinatnya
mememnuhi pada persamaan garis maupun persamaan lingkaran. Sehingga kita
memperoleh :
x2
+ (mx + k)2= r2
(1 + m2)
x2 + 2mkx + k2 –r2 = 0
Persamaan ini dipandang sebagai
persamaan kuadrat dalam x. karena garis singgung dan lingkaran hanya mempunyai
satu titik persekutuan maka persamaan kuadrat hanya mempunyai satu harga x,
syaratnya adalah diskriminan dari persamaan itu harus sama dengan nol yaitu :
Jadi, didapatlah persamaan garis
singgung lingkaran adalah :
Dengan cara yang mirip dengn cara
tersebut maka dapat diturunkan bahwa persamaan garis singgung pada lingkaran ( x-
a)2 + (y - b)2 = r2 yang sejajar dengan garis
y = mx + n adalah sebagai berikut ini :
Selanjutnya marilah kita perkatikan
gambar dibawah ini :
Pada gambar tersebut diketahui bahwa
lingkaran x2 + y2 =
r2 dan titik P(x1,y1) yang terletak pada
lingkaran. Sekarang kita akan mencari persamaan garis singgung pada lingkaran
di titik P. maka kita ambil misalnya titik Q(x2,y2) pada
lingkaran itu pula. Maka persamaan garis PQ yang didapat adalah :
Karena titik-titik P dan Q berada
pada lingkaran maka berlakulah x22 + y22 =
r2 dan x12 + y12 = r2
. Apabila kedua persamaan ini dikurangkan maka akan diperolehlah sebagai
berikut :
Dengan persamaan ini maka persamaan
garis PQ diatas dapat ditulis menjadi :
Jika Q mendekati P sehingga hampir x2
= x1 dan y2 = y1 maka garis PQ beubah menjadi
garis singgung lingkaran di titik P, yaitu sebagai berikut :
Jadi
persamaan garis singgung lingkaran x2 + y2 = r2
di titik (x1, y1) adalah :
x1x
+ y1y = r2
Dan dengan cara yang sama pula dapat
diturunkan bahwa persamaan garis singgung pada lingkaran (x – a)2
+ (y – b)2 = r2 dengan titik singgung (x1,
y1) adalah :
(x1 -
a)(x – a) + (y1 – b)(y – b) =
r2
Sekarang kita akan mencari persamaan
garis kutub pada lingkaran. Perhatikan gambar berikut :
Pada gambar terlihat bahwa dari
titik T dibuat garis-garis singgung pada lingkaran dan titik –titik singgungnya
S1 (x1,y1) dan S2 (x2,y2).
Maka persamaan garis-garis singgungnya adalah :
x1x
+ y1y = r2 dan x2x + y2y = r2
Garis-garis singgung ini melalui
titik T(xo,yo), maka berlakulah bahwa :
x1xo
+ y1yo = r2 dan x2xo + y2yo
= r2
Dari dua persaman ini dapat
disimpulkan bahwa koordinat-koordinat titik-titik S1 dan S2 memenuhi
persamaan xox + yoy = r2 dan persamaan ini
dinamakan persamaan garis kutub T(xo,yo) terhadap
lingkaran x2 + y2 = r2 .
Dengan cara yang mirip pula maka
kita dapat menentukan persamaan garis kutub titik T(xo,yo)
terhadap lingkaran (x – a)2 + (y – b)2=
r2 adalah sebagai berikut :
xox
+ yoy = r2
(xo
– a)(x – a) + (yo – b)(y – b) = r2
Sedangkan persamaan garis kutub
untuk titik T(xo,yo) terhadap lingkaran adalah yaitu x2
+ y2 +Ax + By + C = 0 adalah berikut :
Dari penjelasan diatas maka
didapatlah atau diketahuilah bahwa :
1. Apabila titik T di luar lingkaran,
maka garis kutubnya merupakan tali busur singgung
2. Apabila titik T pada lingkaran, maka
garis kutubnya merupakan garis singgung lingkaran di T
3. Apabila titik T di dalam lingkaran,
maka garis kutubnya tidak memotong lingkaran
C. Ellips
Sebelum membahas mengenai persamaan elips, mari kita
ingat-ingat kembali persamaan dari suatu lingkaran. Lingkaran yang memiliki
titik pusat di titik (a, b) dan berjari-jari r memiliki
persamaan (x – a)2 + (y – b)2 = r2.
Dengan membagi kedua ruas persamaan tersebut dengan r2, kita
akan memperoleh :
Pada
persamaan yang terakhir, nilai r pada masing-masing penyebut secara
berturut-turut merupakan jarak vertikal dan horizontal dari titik pusat ke
grafik. Lalu mungkin kita akan bertanya, bagaimana jika nilai dari
penyebut-penyebut tersebut berbeda? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perhatikan
persamaan berikut ini :
Pusat dari
grafik persamaan di atas tetaplah (3, –2), karena a = 3 dan b =
–2. Dengan mensubtitusi y = –2, kita dapat menentukan titik-titik yang
memenuhi persamaan tersebut.
Hasil di
atas, menunjukkan bahwa jarak horizontal titik pusat terhadap grafik adalah 4
satuan, yaitu jarak titik pusat (3, –2) terhadap titik-titik (–1, –2) dan (7,
–2). Dengan cara yang serupa, untuk x = 3 kita akan mendapatkan (y
+ 2)2 = 9, sehingga diperoleh y = –5 dan y = 1. Hal
ini menunjukkan bahwa jarak vertikal titik pusat terhadap grafik adalah 3,
yaitu jarak titik (3, –2) terhadap titik-titik (3, –5) dan (3, 1). Sehingga,
dengan mengganti penyebut-penyebut yang tidak sama pada suatu persamaan
lingkaran, kita akan mendapatkan suatu grafik memanjang dari lingkaran. Grafik
berikut merupakan grafik suatu Elips :
Jadi dapat dikatakan bahwa ellips adalah himpunan semua titik yang jumlah
jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap. Untuk suatu
elips, jarak terjauh antara dua titik pada elips disebut sumbu mayor, dengan titik-titik ujung
sumbu mayor disebut titik-titik puncak
elips. Ruas garis yang tegak lurus dan membagi sumbu mayor menjadi 2 bagian
yang sama disebut sumbu minor.
·
Jika p > q, sumbu mayornya horizontal
(sejajar dengan sumbu-x) dengan panjang 2p, dan sumbu minornya
vertikal dengan panjang 2q
·
Jika p < q, sumbu mayornya vertikal
(sejajar dengan sumbu-y) dengan panjang 2q, dan sumbu minornya
horizontal dengan panjang 2p
Dari
pengamatan kita di atas, kita dapat menarik kesimpulan mengenai persamaan elips
sebagai berikut :
1.
Bentuk Standar dari Persamaan Elips
Diberikan persamaan sebagai berikut :
Jika p ≠ q
persamaan tersebut merepresentasikan grafik dari suatu elips dengan titik pusat
(a, b). Nilai panjang p merupakan jarak horizontal titik pusat dengan grafik,
sedangkan |q| merupakan jarak vertikal titik pusat dengan grafik. Garis
singgung elips di titik (x1, y1) bisa dirumuskan sebagai
berikut :
D.
HIPERBOLA
Seperti kita ketahui, hiperbola
merupakan salah satu keluarga irisan kerucut yang dibentuk akibat
irisan bidang yang tegak lurus dengan selimut kerucut. Hiperbola juga merupakan
himpunan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap
besarnya.
Suatu hiperbola memiliki 2 bagian
simetris yang disebut cabang,
yang terbuka ke arah yang saling berlawanan. Walaupun cabang-cabang tersebut
terlihat menyerupai parabola, nantinya kita akan menginvestigasi bahwa
cabang-cabang tersebut dan parabola merupakan kurva yang sangat berbeda.
Perhatikan bahwa persamaan Ax2
+ By2 = F merupakan persamaan suatu lingkaran
apabila A = B dan juga merupakan persamaan suatu elips jika A ≠
B. Dua kasus tersebut memuat penjumlahan suku-suku berderajat
dua. Selanjutnya mungkin kita akan bertanya-tanya, bagaimana jika persamaannya
berupa pengurangan suku-suku berderajat dua. Perhatikan persamaan 9x2
– 16y2 = 144. Dari persamaan tersebut kita dapat mengetahui
bahwa titik pusatnya adalah titik asal (0, 0) karena tidak ada pergeseran pada
variabel x dan y (a dan b keduanya adalah 0).
Dengan menggunakan metode perpotongan kurva, kita dapat menggambar grafik
tersebut dan menghasilkan suatu grafik hiperbola.
Contoh 1: Menggambar Grafik Hiperbola
Pusat
Gambarlah grafik persamaan 9x2 – 16y2 = 144
dengan menggunakan perpotongan kurva dan beberapa titik tambahan jika
diperlukan.
Pembahasan:
Dengan
substitusi x = 0, kita akan menentukan perpotongan kurva tersebut dengan
sumbu-y.
Karena
nilai y2 tidak pernah negatif, kita dapat menyimpulkan bahwa
kurva tersebut tidak memiliki titik potong terhadap sumbu-y.
Selanjutnya, kita substitusi y = 0 untuk menentukan titik potongnya terhadap
sumbu-x.
Dengan mengetahui
bahwa grafik tersebut tidak memiliki titik potong terhadap sumbu-y, kita
pilih nilai x yang lebih dari 4 dan kurang dari –4 untuk membantu sketsa
grafik tersebut. Dengan menggunakan x = 5 dan x = –5
menghasilkan :
Dengan
memplot titik-titik yang telah kita temukan di atas kemudian menghubungkannya
dengan kurva halus, dan karena kurva tersebut tidak berpotongan dengan
sumbu-y, maka grafik dari persamaan yang diberikan dapat digambarkan
sebagai berikut.
Karena
hiperbola di atas memotong sumbu simetri horizontalnya, maka hiperbola di atas
disebut sebagai hiperbola horizontal.
Titik-titik (4, 0) dan (–4, 0) disebut sebagai titik-titik puncak, dan titik pusat dari hiperbola selalu berada
di tengah-tengah titik puncak parabola tersebut. Jika titik pusat hiperbola
berada pada titik (0, 0), maka hiperbola tersebut disebut sebagai hiperbola pusat. Sebagai catatan,
titik pusat hiperbola bukan merupakan bagian dari kurva, sehingga titik pusat
hiperbola di atas, titik yang berwarna biru, digambarkan sebagai titik yang
terbuka. Garis yang melewati titik pusat dan titik-titik puncak hiperbola
disebut sebagai sumbu transversal,
sedangkan garis yang melalui titik pusat dan tegak lurus dengan sumbu
transversal ini disebut sebagai sumbu
konjugasi.
Pada
contoh 1, koefisien dari x2 merupakan bilangan yang positif
kemudian dikurangkan dengan 16y2: 9x2 – 16y2
= 144. Hasil yang diperoleh merupakan hiperbola horizontal. Jika suku-y2
positif kemudian dikurangkan dengan suku yang memuat x2,
hasilnya merupakan suatu hiperbola
vertikal. Lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
Persamaan
garis siggung pada hiperbola.
a. Persamaan garis singgung hiperbola yang melalui suatu titik pada
hiperbola
Persamaan hiperbola yang berpusat
di O (0,0) adalah :
Maka persamaan garis singgung yang
melalui titik (x1 , y1 ) adalah :
Sedangkan persamaan hiperbola yang
berpusat di P (p,q) adalah :
Maka persamaan garis singgung yang
melalui titik (x1 , y1) adalah :
E.
PARABOLA
Seperti pada elips dan hiperbola, banyak sekali
aplikasi parabola yang bertumpu pada definisi analitisnya daripada bentuk
aljabarnya. Aplikasi-aplikasi tersebut, misalkan pembangunan teleskop radio dan
perusahaan lampu senter, menggunakan definisi analitis parabola dalam penentuan
lokasi fokus dari parabola tersebut. Berikut ini definisi analitis dari suatu
parabola.
1. Definisi
Parabola
Diberikan suatu titik tertentu f dan garis tertentu D
dalam bidang, suatu parabola adalah himpunan semua titik (x, y) sedemikian
sehingga jarak antara f dan (x, y) sama dengan jarak antara D dan (x, y). Titik
f disebut sebagai fokus parabola dan garis D disebut sebagai direktriks.
Persamaan umum dari suatu parabola dapat diperoleh
dengan mengkombinasikan definisi di atas dan rumus jarak. Dengan tidak
mengurangi keumuman, kita dapat menganggap parabola yang ditunjukkan pada
gambar di atas memiliki titik puncak di (0, 0) dan memiliki titik fokus di (0, p).
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah, parabola yang dimaksud memiliki
direktriks dengan persamaan y = –p , sehingga semua titik pada D
dapat dituliskan sebagai (x, –p).
Dengan menggunakan rumus jarak dan menerapkan definisi
bahwa d1 = d2, kita mendapatkan,
Persamaan terakhir di atas disebut persamaan
bentuk fokus-direktriks dari suatu parabola vertikal dengan titik puncak di
(0, 0). Jika parabola di atas diputar sehingga terbuka ke kanan, maka kita akan
mendapatkan suatu parabola horizontal dengan titik puncak di (0, 0), dan
persamaannya adalah y² = 4px.
1. Persamaan
Parabola dalam Bentuk Fokus-Direktriks
Suatu parabola vertikal memiliki persamaan dalam
bentuk fokus-direktriks: x² = 4py, yang memiliki fokus di (0, p) dan dengan
direktriks: y = –p. Jika p > 0, parabola tersebut akan terbuka ke atas. Jika
p < 0, parabola tersebut akan terbuka ke bawah.
Suatu parabola horizontal memiliki persamaan dalam
bentuk fokus-direktriks: y² = 4px, yang memiliki fokus di (p, 0) dan dengan
direktriks: x = –p. Jika p > 0, parabola tersebut akan terbuka ke kanan.
Jika p < 0, parabola tersebut akan terbuka ke kiri.
a.
Persamaan parabola untuk y2 = 2px
Persaman parabola y2 = 2px ini terbentuk
jika diketahui titik F(p,0). Maka gambarnya akan seperti berikut :
b. Persamaan parabola untuk y2 = -2px
Persaman parabola y2 = -2px ini terbentuk
jika diketahui titik F(-p,0). Maka gambarnya akan seperti berikut :
c.
Persamaan parabola untuk x2 = 2py
Persaman parabola x2 = 2py ini terbentuk
jika diketahui titik F(0,p). Maka gambarnya akan seperti berikut :
d.
Persamaan parabola untuk x2 = -2py
Persaman parabola x2 = -2py ini terbentuk
jika diketahui titik F(0,-p). Maka gambarnya akan seperti berikut :
Untuk lebih memahami mengenai persamaan suatu parabola
dalam bentuk fokus-direktriks, perhatikan contoh berikut.
Contoh 1 :
Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu
Parabola
Tentukan titik puncak, fokus, dan direktris dari parabola yang
didefinisikan oleh persamaan x² = –12y. Kemudian gambarkan
grafiknya, disertai dengan fokus dan direktrisnya.
Pembahasan :
Karena hanya suku-x yang dikuadratkan dan tidak ada pergeseran yang
diterapkan, maka parabola tersebut merupakan parabola vertikal dengan titik
puncak di (0, 0). Dengan membandingkan persamaan yang diberikan dengan
persamaan umum parabola bentuk fokus-direktriks kita dapat menentukan nilai p
:
Karena p
= –3 (p < 0), maka parabola tersebut terbuka ke bawah, dengan titik
fokus di (0, –3) dan direktriksnya y = 3. Untuk menggambar grafiknya,
kita perlu beberapa titik tambahan yang dilalui oleh parabola tersebut. Karena
36 = 6² dapat dibagi oleh 12, maka kita dapat mensubstitusikan x = 6 dan
x = –6, dan menghasilkan titik-titik (6, –3) dan (–6, –3). Sehingga
grafik dari parabola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari grafik di atas, kita dapat mengetahui bahwa garis x = 0
merupakan sumbu simetri dari grafik parabola yang diberikan. Sebagai
titik-titik alternatif dalam menggambar grafik parabola, kita dapat menggunakan
apa yang disebut tali busur fokus
dari parabola. Serupa dengan elips dan hiperbola, tali busur fokus adalah ruas
garis yang melalui fokus, sejajar dengan direktriks, dan titik-titik ujungnya
terletak pada grafik. Dengan menggunakan definisi dari parabola, jarak
horizontal dari f ke (x, y) adalah 2p. Karena d1
= d2, maka ruas garis yang sejajar dengan direktriks dari
fokus ke grafik memiliki panjang |2p|, dan panjang tali busur fokus dari
sembarang parabola adalah |4p|. Dan akhirnya, jika titik puncak dari
suatu parabola vertikal digeser ke (h, k), maka persamaan dari parabola
tersebut akan menjadi (x ± h)2 = 4p(y ± k). Seperti pada keluarga irisan
kerucut lainnya, pergeseran vertikal dan horizontalnya berlawanan dengan
tandanya (positif atau negatif).
Contoh 2: Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu Parabola
Tentukan titik puncak, fokus, dan direktriks dari persamaan parabola yang
diberikan, kemudian gambarkan grafiknya, disertai dengan fokus dan
direktriksnya: x² – 6x + 12y – 15 = 0.
Pembahasan:
Karena hanya suku-x yang dikuadratkan, maka grafik dari persamaan
tersebut berbentuk parabola vertikal. Untuk menentukan kecekungan, titik
puncak, fokus, dan direktriks, kita terlebih dulu melengkapkan kuadrat dalam x
dan membandingkannya dengan persamaan bentuk fokus-direktriks dengan
pergeseran.
Dari
persamaan yang dihasilkan, kita dapat melihat bahwa grafiknya merupakan suatu
parabola yang digeser ke kanan sejauh 3 satuan dan ke atas sejauh 2 satuan.
Oleh karena itu, semua unsur dari parabola tersebut juga akan bergeser.
Karena kita mendapatkan 4p = –12, maka p = –3 (p < 0) dan
parabola tersebut terbuka ke bawah. Jika parabola tersebut berada pada posisi
biasa, maka titik puncaknya akan di (0, 0), fokusnya di (0, –3), dan
direktriksnya y = 3. Karena parabola tersebut bergeser ke kanan sejauh 3
satuan dan ke atas sejauh 2 satuan, maka kita harus menambahkan nilai x
dengan 3 dan nilai y dengan 2 dari semua unsur parabola tersebut.
Sehingga titik puncaknya akan berada di (0 + 3, 0 + 2) = (3, 2), fokusnya pada
(0 + 3, –3 + 2) = (3, –1), dan direktriksnya adalah y = 3 + 2 = 5. Dan
akhirnya, jarak horizontal antara fokus dan grafik adalah panjang 2p = 6
satuan (karena panjang 4p = 12), sehingga memberikan titik-titik
tambahan yang dilalui grafik, yaitu (–3, –1) dan (9, –1).
Dalam banyak kasus, kita perlu untuk menentukan persamaan dari parabola
ketika hanya beberapa informasi yang diketahui, seperti yang dicontohkan oleh
contoh 3 berikut.
Contoh 3: Menentukan Persamaan dari suatu Parabola
Tentukan persamaan dari parabola yang memiliki titik puncak (4, 4) dan
fokus (4, 1). Kemudian gambarkan grafiknya dengan menggunakan persamaan dan
tali busur fokusnya.
Pembahasan:
Karena titik puncak dan fokusnya terletak pada garis vertikal, maka
parabola yang dimaksud merupakan suatu parabola vertikal yang memiliki
persamaan umum (x ± h)² = 4p(y ± k). Jarak p
dari fokus ke titik pusat adalah 3 satuan, dan karena fokus berada di bawah
titik puncak, maka grafiknya terbuka ke bawah dan p = –3. Dengan
menggunakan tali busur fokus, jarak horizontal dari fokus ke grafik adalah
panjang 2p = panjang 2(–3) = 6, memberikan titik-titik (–2, 1) dan (10,
1). Titik puncaknya digeser 4 satuan ke kanan dan 4 satuan ke atas dari (0, 0),
sehingga diperoleh h = 4 dan k = 4. Sehingga persamaan dari
parabola tersebut adalah (x – 4)² = –12(y – 4), dengan direktriks
y = 7. Grafik dari parabola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Perhatikan bahwa grafik parabola di atas memiliki sumbu simetri di garis x
= 4.
1. Persamaan garis
singgung pada parabola dengan titik singgung (x1, y1)
1. Persamaan garis singgung melalui titik (x1,y1)
di puncak (0 , 0)
Yang terletak pada parabola y² = -4px dapat dinyatakan sebagai
berikut :
y – y1 = m ( x – x1 )
Dengan tafsiran geometri turunan , besar m dapat dicari sebagai berikut
Dititik (x1,y1 ) : M = - 2P/ Y1
Dengan demikian garis singgung yang dimaksud adalah y1y = -2p (
x + x1)
Nilai m = -2p/ y1 didistribusikan ke persamaan y – y1
= m ( x – x1) diperoleh
y – y1 =
- 2p/ y1 ( x – x1)
y1 (
y -y1 ) = -2px + 2px1
y1y
– y12 = - 2px + 2px1 ( ingat y12
= - 4px)
y1y
–(- 4px ) = - 2px + 2px1
y1y + 4px = - 2px +
2px1
y1y = -2 px – 2 px 1
y1y = -2p ( x + x1)
Dengan pendekatan yang sama, akan diperoleh persamaan garis singgung
parabola seperti pada tabel dibawah ini:
2. Persamaan garis singgung melalui titik (x1,
y1) yang terletak pada titik (a,b)
Yang terletak pada titik (y1 – b)2 =
4p( x1 – a) adalah :
(y1 –
b)2 = 4p( x1 – a)
y12 – 2by1 +
b2 = (4p (x1 – a)
y12 = 2by1 –b2 +
4px(x1 – a) .........(i)
Persamaan garis singgung melalui P (x1, y1)
adalah (y – y1) = m (x – x1)............(ii)
Gradien m ditentukan dengan cara sebagai berikut:
(y – b )2 = 4p ( x – a )
(x – a ) = ( y – b )
(y – b)
Jadi m di
titik P (x1, y1) = ………(iii)
Subtitusi
(iii) ke (ii)
y – y1 =
m ( x – x1 )
y – y1
= ( x – x1 )
(y – y1
) ( y1 – b ) = 2p ( x – x1 )
yy1
– by – y1 + by1 = 2p ( x – x1 ) ………. ( iv)
Subsitusi persamaan
(i) ke persamaan ( iv)
yy1-
by – y12 + by1 = 2px – 2px1
yy1-
by – (2 by1 – b2 + 4p ( x1 – a ) 0 +
by1 = 2px – 2px1
yy1-
by – by1 + b2 = 4 px1 –
4pa + 2px – 2px1
(y – b) (y1
– b) = 2px1 – 4ap + 2px
(y – b) (y1
- b ) = 2p (x + 1 – 2a )
Dengan pendekatan yang sama akan
diperoleh persamaan garis singgung parabola seperti tabel dibawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar